BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Makanan Pendamping ASI
1. Pengertian Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI
adalah makanan yang diberikan pada bayi mulai usia 4 - 6 bulan untuk memenuhi
kebutuhan energi dan nutrisi lain yang tidak dapat dicukupi ASI, disamping itu
organ pencernanan bayi yang mulai sudah siap untuk menerima makanan pendamping
ASI (Azwar, 2000).
Makanan pendamping
merupakan makanan tambahan bagi bayi, makanan pendamping ASI harus menjadi
pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini menunjukkan bahwa makanan
pendamping ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat-zat gizi yang terkandung
di dalam ASI. Dengan demikian, bahwa peran makanan pendamping ASI atau makanan
tambahan bukan sebagai pengganti ASI melainkan untuk melengkapi atau
mendampingi ASI (Husaini dan Anwar, 1984).
2. Tujuan Pemberian Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI
diberikan untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi untuk keperluan
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang tidak dapat dicukupi ASI, akan tetapi
juga merupakan saran pendidikan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik dan
bergizi dan mengajarkan anak mengunyah dan terbiasa dengan makanan baru,
sekaligus memperkenalkan beraneka macam bahan makanan. Penting untuk diperhatikan
agar pemberian ASI dilanjutkan terus selama mungkin, karena ASI memberikan
sejumlah energi dan protein yang bermutu tinggi (Krisnatuti, 2000).
3.
Syarat-Syarat
Makanan Pendamping ASI
a.
Makanan pendamping harus mengandung
semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi
b.
Makanan pendamping harus diberikan
kepada bayi yang telah berusia 4-6 bulan (Muchtadi, 1994)
c.
Makanan bayi mudah disiapkan dengan
waktu pengolahan yang singkat
d.
Makanan pendamping ASI hendaknya
mengandung protein (Krisnatuti, 2000)
e.
Susunan hidangan sesuai dengan pola menu
seimbang, bahan makanan yang tersedia dan kebiasaan makan
f.
Bentuk
dan porsi disesuaikan dengan selera serta daya terima bayi
g.
Makanan
harus bersih dan bebas dari kuman (Poppy, 2001)
4.
Jenis-Jenis
Makanan Pendamping ASI
a.
Makanan
utama yaitu ASI dan pengganti ASI atau susu formula
b.
Buah-buahan
Buah-bahan sudah dapat diberikan
dengan maksud mendidik bayi mengenal jenis makanan baru dan sebagai sumber
vitamin. Berikan buah sesuai kesukaan bayi. Pada awal, biasanya yang bersifat
air atau sari seperti : sari jeruk, sari tomat, dan lainnya yang bersifat tidak
asam. Pada usia 6 bulan sudah dapat diberikan buah pepaya, pisang .
c. Biskuit
Biskuit diberikan
dengan maksud untuk mendidik kebiasaan makan dan mengenal jenis makanan lain
dan bermanfaat untuk penambahan kalori. Kebanyakan bayi akan menyukai biskuit
rasa manis tapi sebagian lagi akan menyukai rasa asin.
d. Kue atau makanan lain
Pada usia sekitar 6
bulan jenis kue lain dapat diberikan dengan syarat, kue tersebut harus lembek
dan mudah dicerna.
e. Bubur
Bubur susu merupakan
salah satu makanan pelengkap utama bayi dan berperan sebagai sumber nutrisi,
air, kalori, protein, sedikit
7
lemak dan mineral. Yang perlu
diperhatikan adalah komposisi utamanya harus terdiri dari tepung, susu dan
gula.
f. Nasi tim
Nasi tim sering
diberikan pada bayi berusia 6 bulan sampai berusia 9 bulan. Komposisi nasi tim
terdiri dari beras atau kentang, protein dari hewan (hati ayam, daging, telur,
ikan tawar, ikan laut, udang). Sayuran yang diberikan seperti wortel, bayam,
kangkung, tahu, tempe dan kacang-kacangan. Bahan-bahan makanan tersebut harus
dilunakkan (Roesli, 2001).
5. Cara Pemberian Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI dapat diberikan secara
efisien, untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.
Berikan secara hati-hati, sedikit demi
sedikit dari bentuk encer, berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental
b.
Makanan baru diperkenalkan satu-persatu
dengan memperhatikan bahwa makanan betul-betul dapat diterima dengan baik
c.
Makanan yang mudah menimbulkan alergi
yaitu sumber protein hewani diberikan terakhir. Untuk pemberian buah-buahan,
tepung-tepungan, sayuran, daging dan lain-lain. Sedangkan telur diberikan pada
usia 6 bulan
d.
Cara pemberian makanan bayi mempengeruhi
perkembangan emosinya. Oleh karena itu jangan dipaksa, sebaiknya diberikan saat
ia lapar (Notoatmodjo, 2007)
6.
Akibat
Makanan Pendamping ASI Dini
a.
Gangguan
menyusui
Suatu hubungan sebab
akibat antar pengenalan atau pemberian MP-ASI yang dini dan pengetahuan belum
dibuktikan. Pada umumnya bayi-bayi yang menyusui mendapat makanan tambahan pada
umur 6 bulan atau lebih dan dalam jumlah porsi yang kecil dari bayi-bayi yang
mendapatkan susu formula.
8
b. Beban ginjal yang berlebih dan
hiperosmolaritas
Makanan padat, baik
yang dibuat sendiri atau pabrik cenderung mengandung kadar natrium klorida
(NaCl atau garam) yang tinggi sehigga akan menambah beban bagi ginjal.
Bayi yang mendapatkan
makanan padat yang terlalu dini, mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi
dari pada bayi-bayi yang 100% mendapat ASI sehingga bayi cepat haus, karena
hyperosmolar dehidrasi. Hyperosmolitas merupakan penyebab haus sehingga menyebabkan
penerimaan energi yang berlebihan.
c. Alergi terhadap makanan
Belum matang sistem
kekebalan dari usus pada umur yang dini, dapat menyebabkan adanya alergi
terhadap makanan pada masa kanak-kanak. Alergi pada susu sapi dapat terjadi
sebanyak 75% dan telah diingatkan, bahwa alergi terhadap makanan lainnya
seperti : jeruk, tomat, telor, ikan, sereal bahkan makin sering terjadi.
Meskipun ASI kadang-kadang dapat menularkan penyebab alergi dalam jumlah yang
cukup banyak untuk menyebabkan gejala-gejala klinis, tetapi pemberian susu sapi
atau makanan pendamping dini menambah terjadinya alergi terhadap makanan.
d. Gangguan pengaturan selera makanan
Makanan padat telah
dianggap sebagai penyebab kegemukan pada bayi terutama yang diberikan susu
formula melebihi berat dari pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini dikarenakan
bayi yang diberi susu formula mendapatkan makanan padat lebih dini.
e. Bahan makanan yang merugikan
Makanan tambahan
mengandung komponen-komponen alamiah yang jika diberikan pada waktu dini dapat
merugikan seperti sukrosa. Gula ini dapat menyebabkan kebusukan pada gigi,
9
penggunaan gula ini pada usia dini dapat
membuat anak terbiasa akan makanan yang rasanya manis dan makanan yang
mengandung glutein. Hendaknya jangan diberikan pada usia sebelumnya atau usia
muda karena dapat beresiko penyakit coeliac (penyakit perut) dan sangat
berbahaya (Suharjo, 1989).
B. Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI
diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4 - 6 bulan sampai bayi berusia 24
bulan (Krisnatuti, 2000). Adapun garis besar pemberian makanan pendamping ASI
menurut kelompok umur :
1. 0-4 bulan
Bayi hanya diberikan
ASI, lebih sering, lebih baik segera setelah lahir, ASI yang berwarna kuning-kuningan
(kolostrum) diberikan kepada bayi.
2. 4-6 bulan
Bayi terus diberikan
ASI disamping itu mulai memperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI)
berbentuk lumatan yang ditambah dengan air atau susu, pisang, dan pepaya yang
dihaluskan.
3. 6-9 bulan
Bayi terus diberikan
ASI pada umur 6 bulan. Alat pencernaan pada bayi sudah lebih berfungsi oleh
karena itu bayi mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi
sedikit dengan sumber zat lemak yaitu santan atau minyak kelapa atau margarin
bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, memberi rasa enak jika
mempertinggi penyerapan vitamin A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak.
4. 9-12 bulan
Bayi terus diberikan
ASI disamping itu mulai diberikan makanan lunak seperti: bubur nasi, bubur
kacang hijau,dan lain-lain. Pada usia
10
10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan
makanan keluarga secara bertahap bentuk dan kepadatan nasi tim bayi diatur
secara mendeteksi bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
5. 12-24 bulan
Bayi terus diberikan
ASI, pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) atau makanan keluarga sekarang
3x sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan selain
tetap di berikan makanan selingan dua kali sehari (Poppy, 2001).
C.
Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Pemberian Makanan Pendamping
ASI
1. Pengetahuan
Pengetahuan (knowladge)
merupakan hasil ”tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognetif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (event behaviour).
Berdasarkan pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langsung dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Dari sebuah informasi yang logis dan lengkap
dan dapat di terima oleh seseorang dan mudah di pahami akan mempermudah membantu
seseorang ibu dalam mengambil keputusan dalam hal memberikan makanan pendamping
ASI pertama kali pada bayi karena dengan alasan- alasan tertentu kepada anaknya
dan mempunyai keinginan yang di capai (Hartono, 2004)
Pengetahuan yang
tercakup di dalam demam kognitif, mempunyai enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu
yang spesifik dan
11
seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima oleh sebab itu, ”tahu” merupakan tingkat
pengetahuan yang rendah. Ini berarti ibu dapat mengingat suatu materi tentang
ketepatan waktu dalam pemberian makanan pendamping ASI yang telah di pelajari
sebelumnya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan
sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterprestasikan materi secara benar. Ini berarti ibu dapat
memahami tentang ketepatan waktu dalam pemberian makanan pendamping ASI yang
diketahui secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan
sebagai kemampuan, untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi riil (sebenarnya). Ini berarti ibu mampu untuk menggunakan materi
tentang ketepatan waktu dalam yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
riil.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Ini berarti ibu mampu untuk menganalisis tentang
ketepatan waktu dalam pemberian makanan pendamping ASI.
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis adalah
kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru atau kemampuan menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Hal ini berarti ibu mampu untuk mensintesis
tentang ketepatan waktu dalam pemberian makanan pendamping ASI.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah
kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek
(Notoadmojo, 2003). Ibu dapat
12
mengevaluasi
materi tentang ketepatan waktu dalam pemberian makanan pendamping ASI yang
telah dipelajari.
Pengetahuan yang
dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1)
Faktor
internal, meliputi :
a)
Intelektual
Merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005).
b) Psikomotor
Seseorang dapat
mempersepsikan, bersiap diri, membuat gerakan-gerakan sederhana dan komplek,
membuat penyesuaian pola gerak dan menciptakan gerakan-gerakan baru.
c) Afektif
Menunjukkan pada
dimensi emosional subyektif indivudu atau evaluasi terhadap obyek sikap baik
yang positif maupun negatif.
d) Kognitif
Kepercayaan yang
berhubungan dengan hal-hal tentang bagaimana individu mempersiapkan terhadap
obyek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui berisi tentang pandangan,
keyakinan, pikiran, dan pengalaman pribadi.
2)
Faktor
eksternal, meliputi :
a)
Pendidikan
Tingkat pendidikan
seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari luar. Orang
yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap
informasi
13
yang datang dan akan sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Tingkat
pendidikan dan pengetahuan yang tinggi dapat meningkatkan daya tangkap ibu
dengan masalah makanan pendamping ASI pertama kali diberikan pada bayi.sebuah
informasi yang di sampaikan dengan cepat dengan mudah diterima oleh seseorang
lebih cepat dan di pahami oleh seseorang yang berpendidikan lebih tinggi bila
di banding oleh seseorang yang berpendidikan rendah (Saefudin, 1996)
b) Paparan media massa (akses informasi)
Melalui berbagai media
baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh
masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV,
radio, majalah, pamflet dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih
banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media.
Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki
seseorang.
c) Ekonomi (pendapatan)
Pada keadaan ekonomi
yang kurang memuaskan perlu dikenalkan makanan tambahan setempat yang
terjangkau keluarga. Di negara-negara industri, hal ini terjadi terutama pada
golongan ekonomi yang paling rendah. Penghasilannya mungkin terlalu rendah
untuk memungkinkannya menggunakan menu yang disesuaikan. Dalam hal semacam ini,
menu yang dibuat sendiri di rumah adalah cocok untuk pengenalan makanan
tambahan. Demikian pula, pada pendidikan yang kurang mampu di negara yang
sedang berkembang. Jika pemberian ASI dihentikan pada saat yang dini,
penggunaan makanan bayi buatan sendiri dan makanan tambahan adalah sangat
penting (Suhardjo, 1989).
d) Hubungan sosial (lingkungan sosial budaya)
Manusia adalah makhluk
sosial dimana saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Individu
yang dapat berinteraksi
14
secara kontinyu akan lebih besar
terpapar informasi. Sementara itu faktor hubungan sosial juga mempengaruhi
kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model
komunikasi media.
e) Pengalaman
Pengalaman seseorang
tentang berbagai hal bisa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses
perkembangnya, misal sering mengikuti kegiatan yang mendidik seperti seminar.
2. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga
merupakan motivasi pemberian makanan pendamping ASI. Dukungan keluarga adalah
sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan dimana sifat dan jenis
dukungannya berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahapan kehidupan (Friedmen,
1998).
Dukungan keluarga
mengacu pada dukungan - dukungan yang di pandang oleh anggota keluarga sebagi
sesuatu yang dapat diakses atau di adakan keluarga, dukungan keluarga dapat
atau tidak digunakan, akan tetapi anggota keluaga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberi pertolongan dan bantuan jika diperlukan
(Friedmen, 1998).
Bentuk
dukungan keluarga : a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi
sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia.
Mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran atau umpan balik.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak
sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan
masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya
memberikan support, penghargaan, perhatian.
15
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan
sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit. Keluarga merupakan tempat untuk
bertukar pikiran dalam mengampil keputusan. Keluarga membantu dan memberi
dorongan positif dalam membangun kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat
yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi.
Meliputi ungkapan empati, kepedulian,
dan perhatian terhadap anggota keluarga terutama pada ibu dalam waktu pemberian
makanan pendamping ASI yang tepat.
Sehingga salah satu kunci kesuksesan waktu yang
tepat dalam pemberian makanan pendamping ASI adalah dukungan atau dorongan dari
keluarga.hal ini sangat berkaitan karena orang lain disekitar kita merupakan
salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi perilaku kita dalam
pemberian makanan pendamping ASI yang tepat. Dengan kata lain adanya dukungan
atau dorongan dari keluarga dapat mempengaruhi perilaku ibu memberiakan makanan
pendamping ASI dengan waktu yang tepat.
.
16
D. Kerangka
Teori
Faktor internal
2.
Psikomotor
3.
Afektif
4.
kognitif
Ketepatan waktu pertama kali
|
|||||
Faktor eksternal
|
|||||
1.
|
Pendidikan
|
pemberian
makanan
|
|||
2.
|
Paparan media massa
|
pendamping ASI pada bayi
|
|||
3.
|
Ekonomi
|
||||
4.
|
Hubungan sosial
|
||||
5.
|
Pengalaman
|
||||
6.
|
Dukungan keluarga
|
||||
Skema 2.1. Skema kerangka teori
(Suhardjo, 1998 ; Notoatmodjo,
2005 ; Friedmen, 1998 ; Poppy, 2001)
17
E. Kerangka Konsep
|
||||
Variabel bebas
|
Variabel terkait
|
|||
1.
|
Pengetahuan
|
Ketepatan
waktu pemberian
|
||
2.
|
Dukungan
|
makanan
pendamping ASI
|
||
Skema 2.2. Skema Kerangka Konsep
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu
ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok (benda, situasi,
orang) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tesebut (Nursalam, 2001)
dalam penelitian ini digunakan 2 variabel yaitu :
1. Variabel independent (bebas)
Adalah suatu stimulus
aktifitas yang dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada
variabel dependent (Nursalam, 2001)
Variabel independen
dalam penelitian ini adalah pengetahuan, dukungan keluarga.
2. Variabel dependent (terkait)
Adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel independent (Notoatmodjo, 2002).
Variabel dependent
dalam penelitian ini adalah ketepatan waktu pemberian makanan pendamping ASI
pertama kali pada bayi.
18
G.
Hipotesis
1.
Ada hubungan antara pengetahuan yang
mempengaruhi ibu dengan ketepatan waktu pemberian makanan pendamping ASI
pertama kali pada bayi.
2.
Ada hubungan antara dukungan keluarga
yang mempengaruhi ibu dengan ketepatan waktu pemberian makanan pendamping ASI
pertama kali pada bayi
19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar