KARYA
TULIS ILMIAH
TINGKAT
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TABLET Fe
DISUSUN
OLEH:
IRAWAN DIANATA (13100046)
D III KEPERAWATAN SEMESTER IV
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN SATRIA BHAKTI NGANJUK
TAHUN
AJARAN 2015/2016
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1.
Pengetahuan
a.
Definisi pengetahuan
Pengetahuan (knowledge)
adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”
(Notoadmodjo, 2010).
Pengetahuan
(knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan
pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan
lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi,
keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran (Isyraq, 2007).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6
tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :
1)
Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur
bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai
suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3)
Aplikasi (Application)
Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi
atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.
4)
Analisis (Analysys)
Analisis
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan
dan lain sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,
memisahkan dan sebagainya.
5) Sintesa (Syntesis)
Sintesa
adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada
misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6)
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan
dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
c. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut
Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dapat
dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional atau non ilmiah yakni tanpa
melalui penelitian ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah yakni melalui proses
penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)
Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:
Cara ini
dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban
apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya
dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut
tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
terpecahkan.
b) Secara Kebetulan
Penemuan
kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan.
c)
Cara kekuasaan atau otoritas
Kehidupan
sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh
orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.
Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah diterima
dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat
berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka
agama, pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan
tersebut diperoleh
berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau
kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
d) Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman
adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa
pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
e)
Cara akal sehat (common sense)
Akal
sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau
kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih
dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
f)
Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama
adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran
ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang
bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan
karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif
diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan
tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui
intutif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara yang
rasional dan yang sistematis.
h)
Melalui jalan pikiran
Sejalan
dengan perkembangan perkembangan kebudayaan umat manusia cara manusia berfikir
ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara
melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang
dikemukan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui
pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan
deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.
Induksi
adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan
khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi
pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang
ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang
memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.
j)
Deduksi
Deduksi
adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Di dalam
proses berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum
pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa yang
terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.
2)
Cara ilmiah atau modern
Cara baru
atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan
ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research
metodology). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan
metode berpikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van Dallen yang
menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan
observasi langsung
dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek
yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :
a)
Segala sesuatu yang
positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.
b)
Segala sesuatu yang
negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan
pengamatan.
c)
Gejala-gejala yang muncul
secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi
tertentu.
d. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
Erfandi (2009), menyatakan beberapa
faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:
1) Pendidikan.
Pendidikan
adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan
di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin
luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan
tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang
tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan
negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang
terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang
diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.
2)
Media massa / informasi
Informasi
yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru.
Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.
3)
Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan
orang – orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status social
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang
ada di sekitar individu baik lingkungan fisik, biologis, maupun social.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu
yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi
timbale balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
5)
Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber
pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan
professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang
kerjanya.
6) Usia.
Usia
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak
melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua,
selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
2.
Kehamilan
a.
Pengertian
Masa kehamilan yang
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280
hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Saifuddin, 2002).
b. Tanda-tanda Kehamilan
Menurut Wiknjosastro (2005),
tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi 2 yaitu :
1)
Tanda tidak pasti
kehamilan
a)
Amenore (tidak dapat haid), gejala ini penting karena wanita hamil
tidak haid lagi dan perlu diketahui tanggal hari pertama haid terakhir untuk
menentukan tuanya kehamilan.
b)
Nausea (enek) dan emesis (muntah), sering terjadi pada pagi hari,
tetapi tidak selalu.
c)
Mengidam terjadi pada
bulan-bulan pertama dan menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
d) Mammae
menjadi tegang dan membesar.
e) Anoreksia
(tidak ada nafsu makan).
f)
Sering kencing terjadi
karena kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar.
g) Obstipasi
terjadi karena tonus otot menurun.
h)
Pigmentasi kulit terjadi
karena pengaruh dari hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor
dan kulit.
2)
Tanda kemungkinan hamil
a)
Perut membesar
b)
Uterus membesar
c) Tanda
hegar (hipertropi ismus, menjadi panjang dan lunak)
d)
Tanda chadwik
(hipervaskularisasi pada vagina dan vulva, tampak lebih merah dan kelam).
e)
Tanda piscaceck
(uterus membesar ke salah satu jurusan).
f)
Kontraksi-kontraksi kecil
atau braxton hicks.
g)
Teraba ballotement.
h)
Reaksi kehamilan positif.
3)
Tanda pasti kehamilan
a)
Pada umur 20 minggu
gerakan janin kadang-kadang dapat diraba secara obyektif oleh pemeriksa dan
bagian-bagian janin dapat diraba pada kehamilan lebih tua.
b)
Bunyi denyut jantung janin
dapat didengar pada umur kehamilan 18 – 20 Minggu memakai Doppler dan
stetoskop
Leannec.
c)
Pada Primigravida
ibu dapat merasakan gerakan janinnya pada usia kehamilan 18 minggu sedangkan multigravida
umur 16 minggu.
d) Bila
dilakukan pemeriksaan dengan sinar rontgen kerangka
janin dapat dilihat. c. Asuhan pada
ibu hamil
Asuhan
pada ibu hamil meliputi 14 T, yaitu ukur tinggi badan/berat badan, ukur tekanan
darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet zat
besi (minimal 90 tablet selama kehamilan), test terhadap penyakit menular
seksual/VDRL, temu wicara/konseling, test/pemeriksaan Hb,
Test/pemeriksaan urin protein, test reduksi urin., perawatan payudara (tekan
pijat payudara), Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil), terapi yodium
kapsul (khusu daerah endemic gondok), terapi obat malaria (Saryono, 2010).
Tujuan asuhan antenatal menurut Saifuddin (2002), antara lain :
1)
Memantau kemajuan
kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi
2)
Meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
3)
Mengenali secara dini
adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,
termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4)
Mempersiapkan persalinan
cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma
seminimal mungkin
5)
Mempersiapkan ibu agar
masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif
6)
Mempersiapkan peran ibu
dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara
normal.
Kecuali jika ditemukan kelainan /
faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus
lebih sering dan intensif.
Tabel 2.1
Jadwal pemeriksaan Ibu Hamil
Usia
Kehamilan
|
Waktu
Pemeriksaa
|
|
0
- 28 minggu :
|
4
minggu sekali
|
|
28
- 36 minggu
|
2
minggu sekali
|
|
Di
atas 36 minggu
|
1
minggu sekali
|
|
Sumber:
Saifuddin, 2002
|
d. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Menurut
Saifuddin (2002), pada permulaan kehamilan ibu telah harus makan-makanan yang
mempunyai nilai gizi yang bermutu tinggi, maka oleh karena itu harus banyak
makan yang mengandung protein, banyak ditemukan defisiensi Fe dan vitamin B12
pada calon ibu baik diberikan Fe sehingga sulfas ferosus 200 mg 3 kali sehari,
kalsium dengan tablet berisi macam-macam vitamin seorang wanita hamil
memerlukan 2000 kalori sehari (Wiknjosastro, 2005).
Untuk tetap sehat
dilanjutkan makanan yang mengandung zat-zat berikut :
Tabel 2.2Kebutuhan
Mineral dan Untuk Ibu Hamil
Mineral
dan Vitamin
|
Jumlah/Hari
|
Protein
|
65 gr
|
Kalsium
|
1 g
|
Besi
|
17 g
|
Vitamin
A
|
4500
mcg
|
Thiamin
|
1 mg
|
Riboflavin
|
1,3
mg
|
Niazin
|
1,5
mg
|
Vitamin
C
|
170
mg
|
Sumber
: Wiknjosastro (2005)
|
3. Zat Besi (Tablet Fe)
a.
Pengertian
Zat besi
merupakan microelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini diperlukan dalam
pembentukan darah, yaitu dalam sintesa hemoglobin. Jumlah besi yang dibutuhkan
untuk kehamilan tunggal yang normal ialah sekitar 1000 mg, 350 mg untuk
pertumbuhan janin dan plasenta, 450 mg untuk peningkatan masa sel darah merah
ibu, dan 240 mg untuk kehilangan basal (Sediaoetama, 2004).
b.
Manfaat Tablet Fe
Fe
meruapakan mineral mikro paling banyak terdapat dalam tubuh, yaitu sebanyak 3-
5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Fe sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja
untuk menunjang aktivitas kerjanya. Di dalam tubuh berperan sebagai alat angkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan, sebagai alat angkut elektron pada
metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk kekebalan tubuh dan
sebagai pelarut obat-obatan. Manfaat lain dari mengkonsumsi makanan sumber zat
besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi
biasanya merupakan Vitamin A (Waryana, 2010).
c. Sumber Fe
Makanan sumber Fe yang
baik antara lain daging, ayam, ikan, telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan,
sayuran hijau dan pisang ambon. Fe yang berasal dari dari hewani lebih mudah
diserap oleh tubuh daripada Fe yang berasal dari makanan nabati (Waryana,
2010).
d.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Absorbsi Fe
Menurut Waryana (2010), faktor-faktor
yang mempengaruhi Absorbsi Fe, yaitu :
a.
Bentuk Fe
Besi-hem yang merupakan bagian dari
hemoglobin dan mioglobin yang terdapat dalam daging hewan dapat diserap dua
kali lipat daripada besi non hem yang berasal dari makanan nabati.
b.
Asam Organik
Vitamin C dan Asam Sitrat sangat
membantu penyerapan besi non hem dengan merubah bentuk feri menjadi fero.
c.
Asam fitat, asam oksalat dan tanin
Ketiga jenis zat tersebut dapat
mengikat Fe sehingga menghambat penyerapannya. Namun pengaruh negatif ini dapat
dikurangi dengan mengkonsumsi vitamin C.
d.
Tingkat keasaman lambung
Keasaman lambung dapat meningkatkan
daya larut besi.
e.
Kebutuhan tubuh
Jika tubuh kekurang Fe atau kebutuhan
meningkat, maka penyerapan juga akan meningkat.
Menurut Waryana (2010), kebutuhan zat
besi menurut triwulan kehamilan adalah sebagai berikut:
1)
Triwulan I (umur kehamilan
0 - 12 minggu) zat besi yang dibutuhkan adalah 1 mg/hari yaitu untuk kebutuhan
basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan janin dan red cell mass 30 –
40 mg.
2)
Triwulan II (umur
kehamilan 13-24 minggu) zat besi yang diberlakukan adalah ± 5 mg/hari yaitu
untk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan red cell mass
300 mg dan conceptus 115 mg.
3)
Triwulan III (umur
kehamilan 25 - 40 minggu), zat besi yang dibutuhkan adalah 5 mg/hari yaitu
untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan red cell mass
150 mg dan conceptus 223 mg, maka kebutuhan pada triwulan II dan III jauh lebih
besar dari jumlah zat besi yang didapat dari makanan.
Ekstra zat besi diperlukan
pada kehamilan. Kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal adalah :
1)
200 - 600 mg untuk
memenuhi peningkatan massa sel darah merah
2)
200 - 370 mg untuk janin
yang bergantung pada berat lahirnya
3)
150 - 200 mg untuk
kehilangan eksternal
4) 30
- 170 mg untuk tali pusat dan plasenta
5) 90
- 310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan
Dengan demikian, kebutuhan total zat besi pada kehamilan
berkisar antara 540 – 1340 mg, dan 440 – 1050 mg diantaranya akan hilang dalam
tubuh ibu pada saat melahirkan (Jordan, 2004).
Untuk
mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 3,5 – 4 mg zat besi
per hari. Kebutuhan ini akan meningakat secara signifikan dalam trimester
terakhir, yaitu rata-rata 2,5 mg/hari pada awal kehamilan menjadi 6,6 mg /hari
(Letsky & Warwick, 1994;Jordan, 2004). Meskipun absorpsi zat besi meningkat
cukup besar selama kehamilan namun bila
kehamilan yang satu dengan lain memiliki jarak yang cukup dekat atau bila
simpanan zat besinya rendah, maka asupan zat besi yang cukup hanya dapat
dipenuhi lewat suplementasi.
Jumlah
zat besi yang diserap akan bergantung pada sejumlah faktor seperti kandungan
makanan, simpanan zat besi di dalam tubuh, kecepatan produksi sel darah merah
dan apakah pasien meminum
suplemen
zat besi atau tidak (Jordan, 2004).
Penambahan asupan besi, baik lewat makanan atau pemberian suplementasi,
terbukti mampu mencegah penurunan Hb
akibat hemodilusi. Respon positif terhadap pengobatan dapat dilihat dari
peningkatan kadar hemoglobin sebesar 0,1 g/ dl sehari mulai dari hari kelima
dan seterusnya. Dengan demikian, pemberian sebanyak 30 gram zat besi tiga kali
sehari akan meningkatkan kadar hemoglobin paling sedikit sebesar 0,3 g/ dl/
minggu atau selama 10 hari (Arisman, 2004).
Menurut
Saspriyana (2009), kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat
Kesehatan Masyarakat adalah pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin
setelah rasa mual hilang pada awal kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320
mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug, minimal masing-masing 90 tablet.
Gambar 2.1
Kerangka Teori Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tablet Fe Sumber: Notoatmodjo
(2010), Waryana (2010) Modifikas
Baik
Pengetahuan
Ibu Hamil
tentang tablet Fe Cukup
Kurang
1.
Pendidikan
2.
Mass media / informasi
3.
Sosial budaya dan ekonomi
4.
Lingkungan
5.
Pengalaman
6.
Usia
Keterangan:
= variabel yang
diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= Kategori
= yang mempengaruhi
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tidak ada komentar:
Posting Komentar