Selasa, 25 Desember 2012

Cerpen Remaja


            Pada suatu hari di sore yang indah dan sejuk, dengan angin bertiup sepoi-sepoi. Terdengar suara bisikan lirih dari seorang remaja yang memanggil Desi.
Yuni,”Desi, mau kemana?” panggil Yuni dengan sedikit berbisik karena takut salah orang.
Desi,”Eh Yuni, aku ,mau ke sekolah ambil cerpen yang tertinggal di laci.” Jawab Desi dengan senyuman manis.
Desi adalah seorang remaja yang sangat hobi menulis, ketika SMP dia telah menjuarai lomba-lomba menulis tingkat Kabupaten. Dia juga mewakili daerahnya dalam lomba cerpen di tingkat kota. Desi di kenal sebagai remaja yang pendiam dan sabar. Ia tinggal bersama bibinya karena kedua orang tuanya bekerja di luar negeri.
Yuni,”aku boleh ikut kamu Des?” tanya Yuni dengan wajah yang sedikit berharap agar dia di ajak oleh teman baiknya itu. Dan dengan sedikit anggukan kepala dari Desi akhirnya Yuni pun menghampiri Desi dan bersamaan mereka menuju ke sekolah mereka.
            Sambil berjalan mereka membicarakan kejadian di sekolah mereka tadi siang. Ada perselisihan antara dua lelaki yang suka dengan Desi, karena keduanya saling berebut untuk mendapatkan hati dari gadis cantik itu. Sudah tiga kali ini kejadian serupa terjadi, karena memang Desi adalah gadis idaman di sekolah itu. Banyak cowok yang memperebutkannya, tapi dia tidak merespon semua laki-laki itu. Desi mempunyai prinsip bahwa dia tidak ingin menjalin kasih lagi untuk kedua kalinya, karena ia trauma dengan kejadian masa lalunya.
            Dua tahun lalu saat ia masih kelas 1 SMA, ia pernah menjalin cinta dengan seorang pemuda yang sangat baik menurutnya. Mereka menjalin hubungan hingga dua bulan, tapi selama dua bulan berjalan banyak perselisihan yang terjadi antara mereka berdua. Tak ada hari tanpa pertengkaran dari mereka, selalu saja ada hal yang di permasalahkan. Hingga Desi memutuskan untuk berpisah dengan alasan tidak adanya kecocokan antara mereka berdua. Dari kejadian itu Desi berprinsip bahwa cinta itu sangat membingungkan.
            Lama mereka berjalan akhirnya sampai juga di gerbang sekolah.
“Selamat sore Pak!” ucapan sapa mereka terhadap satpam sekolah.
“Siang juga dek, mau ngapain kok sore-sore ke sekolah?” tanya satpam itu dengan ramah.
“Mau ambil cerpen saya yang tertinggal pak” jawab Desi dengan nada sopan.
“Ya sudah cepat sebelum pintu kelasnya nanti di tutup sama pak Budi!” lanjut pak satpam.
            Mereka berdua bergegas untuk menuju ke dalam kelasnya, dan mereka bertemu dengan Nela teman sekelas mereka berdua. Dan Desi menceritakan tujuannya ke kelas, dan mereka bertiga melihat pak Budi di depan pintu.
“Pak Budi, jangan di tutup dulu!” teriak Nela.
“Ya neng, ada yang ketinggalan ya?” jawab pak Budi.
“Ya pak cerpen teman saya Desi tertinggal di laci!”  jawab Nela.
“O . . ya sudah di ambil dulu, bapak mau melanjutkan menyapu halaman” kata pak Budi.
            Setelah mereka mengambil cerpen, tiba-tiba di panggil pak Suryo guru bahasa Indonesia mereka. Pak Suryo menyampaikan pengumuman bahwa akan di adakan lomba cerpen di sekolah mereka.
“Kalau ada yang mau mendaftar nanti suruh hubungi saya saja”, ujar pak Suryo.
Melihat bakat temannya itu, Nela menyuruh Desi untuk mengikut i lomba cerpan itu.
“Ikut saja Des, lagi pula itu kan hoby kamu. Gak ada salahnya kan bila di coba dulu”, desak Nela agar Desi mau ikut.
“Tapi Nel aku sudah lama gak nulis cerita lagi, kemarin aja gara-gara di suruh pak Suryo aku ngerjakan.”, jawab Desi minder.
“Tak apalah Des, kan mencoba itu lebih baik dari pada tidak sama sekali. Lagi pula pengalaman kan guru yang paling baik Des. Gimana ikut ya!”, lanjut Nela.
“Iya deh Nel aku coba”, kata Desi dengan anggukan kepala.
Keesokan harinya, Desi menemui pak Suryo untuk mendaftarkan diri mengikuti lomba mengarang cerpen. Ternyata beliau sudah mendaftarkannya untuk mewakili kelasnya.
Pak Suryo,”Tadi bu Siti sudah mendaftarkan kamu Des, karena beliau bilang bahwa kamu mempunyai bakat di bidang ini dan beliau juga sudah membaca karyamu minggu lalu. Sedikit informasi bahwa lomba akan di adakan pada kamis depan Des.”
Desi,”oh, ya sudah kalau begitu pak terima kasih.”
            Tak terasa hari yang di tunggu pun tiba, semua peserta dari tiap perwakilan kelas masuk ke dalam ruangan yang telah di persiapkan panitia OSIS. Setelah semua peserta berkumpul, salah seorang murid anggota OSIS memanggil juri yang akan menilai hasil karya cerpen peserta. Ada tiga juri yang akan menilai yaitu bu Siti, Pak Rio dan yang terakhir Pak Suryo.
Pak Suryo,”Peserta akan diberi waktu dua jam untuk membuat cerita pendek, dan penilaian serta pengumuman juara akan diumumkan setelah lomba selesai dan akan ditempel di mading sekolah.” Jelas pak Suryo kepada peserta.
            Desi dengan santainya mengerjakan cerpen karena sebelumnya telah banyak latihan. Detik demi detik, menit demi menit, dan jam demi jam telah berlalu, dewan juri pun telah memberikan kode bahwa waktu telah habis. Desi yang pekerjaanya sudah selesai pun mulai melihat ke arah peserta lain, ada yang tegang dan bergegas cepat-cepat menuliskan tinta di kertasnya. Memang sulit menulis cerpen bila tidak mempunyai inspirasi yang baik, selain itu selama membuat cerpen juga dapat melatih keaktifan otak kanan kita.
Bu Siti,” Anak-anak waktunya sudah habis, silahkan pekerjaannya di taruh saja di mejanya masing-masing nanti panitia yang akan mengumpulkannya.”
Pak Rio,” Anak-anak sudah boleh kembali ke kelasnya masing-masing, dan terima kasih atas partisipasinya!”
            Keesokan harinya, Desi dan Nela bersamaan untuk melihat mading sekolah mereka. Nampaknya disana sudah ramai oleh peserta yang mengikuti lomba kemarin, dari kejauhan terlihat wajah murung dari beberapa peserta. Hal membuat Desi gugup dan sedikit minder karena takut dengan hasil penilaian karyanya. Setelah sedikit longgar dan murid-murid yang ada di depan mading berkurang, barulah Desi dan Nela mendekat ke mading dan membaca pengumumannya. Kaget bercampur senang tercurah di hati Desi, hati terasa tanpa beban dan seakan-akan ia melayang di langit. Teriakan kegembiraan pun tak tertahankan lagi.
Desi,” Asik . . . .. . . Nel.”
Tak disangka oleh Desi ternyata dia mendapatkan nilai yang memuaskan dan berhasil menyabet juara 1.
Nela,” Selamat ya Des, kamu memang hebat!”
Ketika masuk kelas, Desi di panggil Bu Siti yang tidak lain adalah wali kelasnya. Desi pun menghampiri dan bertanya kepada beliau tentang perihal dia di panggil.
Bu Siti,” Selamat ya Desi sudah mendapatkan juara 1, dan terima kasih telah mengharumkan nama kelas kita. Saya mau menyampaikan bahwa juara 1 sampai 3 mendapatkan spp gratis hingga ujian nanti, serta dapat mengikuti pelatihan mengarang cerpen yang akan di biayai oleh sekolah. Di tambah lagi kamu mendapatkan undangan untuk mengikuti pelatihan blogger Des.”
Desi,”Terima kasih banyak bu atas informasinya, pelatihan bloggernya kapan bu?”
Bu Siti,”Kemungkinan hari minggu Desi pelatihannya!”
Desi,”Sekali lagi terima kasih ya Bu.”
            Hari minggu itu Desi berpakaian rapi untuk mengikuti pelatihan blogger di aula kantor Telekomunikasi. Di jelaskan bahwa blogger selain dapat mengisi waktu luang juga dapat sebagai penghasilan yang menjanjikan, mendengar itu Desi teringat dengan keadaan orang tuanya yang dapat di katakan sederhana. Desi juga tidak ingin terlalu membebani orang tuanya karena juga membiayai adiknya yang masih kelas 2 SMP, kemudian ia memperhatikan dengan penuh kesungguhan.
            Sesampainya di rumah ia menulis sebuah artikel untuk di update pada blognya yang akan di buat. Desi memang anak yang sangat rinci dalam bertindak, sebelum membuat blog ia mengumpulkan bahan bahan yang akan di masukan dalam blognya nanti. Dia juga berencana menyisipkan puisi dan cerpen yang merupakan keahliannya. Namun Desi masih bingung karena belum mempunyai komputer atau laptop untuk mengetik karangannya. Sebenarnya ada temannya yang mempunyai kedua alat itu, yaitu Nela. Nela adalah anak seorang pejabat dan anak tunggal, tetapi ia tidak sombong dan manja kepada kedua orang tuanya. Dia anak yang suka membantu di setiap kesulitan yang di alami orang-orang yang dekat dengan dia. Namun Desi malu mau minta bantuan ke Nela, karena ia tidak mau menyusahkan temannya.
            Hingga pagi tiba, ia berusaha untuk meminta bantuan pada Nela. Nela pun menyambut hangat permintaan Desi, bahkan ia juga mau untuk mengetikan artikel dari Desi. Sekolahnya memang memiliki sarana prasarana yang lengkap, hotspot sudah di sediakan oleh sekolah dalam rangka mempermudah siswa dalam hal belajar mengajar. Sehingga Desi tak lagi kebingungan untuk memasukan data ke blogger yang telah di buat olehnya.
            3 bulan berlalu kumpulan artiket Desi sudah semakin banyak dan memenuhi bloggernya. Siang itu Desi bermaksud untuk menambahkan satu artikel lagi ke blognya, dan tak di sangka ada sponsor yang menawarkan untuk menempel iklan d blognya. Dari iklan itu, Desi menerima 700rb rupiah tiap bulannya untuk membiayai keperluannya sekolah dan pribadi. Kini Desi tidak bergantung lagi dengan orang tuanya, bahkan ia juga dapat membantu kebutuhan pokok keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGERTIAN TETANUS, TANDA GEJALA, DAN CARA PENANGANANNYA

Pengertian Tetanus Tetanus adalah penyakit serius yang terjadi pada sistem saraf. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri penghasil racun. Ge...