Karya : Sindu Putra
ia sentuhkan tanganku
yang kering
ke dadanya
yang paru-parunya
basah oleh getah tembakau
sembari minta doa: “ sengatkan naga dati tubuhmu
hingga
menggigit luka hatiku……..”
lelaki yang terbaring
di atas jalan cerita,
yang ditulisnya
diseantero Lombok
tubuhnya menyimpan
demam, yang dideritanya seumur hidup
tak ada yang
ditutup-tutupinya, tak ada yang tidak
dituturkannya:
“lihatlah, sindu, kupu-kupu
kuning
yang hinggap di potret masa muda saya……….”
kupu-kupu yang
menyeberangi selat Lombok
menemukan taman bunga
bawah laut,
dengan sungai-sungai apinya yang
menyala
menemukan taman
rahasia, tempat Sita disembunyikan
kupu-kupu yang
menemukan nektar bunga perdu,
yang lebih manis dari susu ibu
ia sentuhkan lagi
tangannya yang kering
ke dadanya, yang biru oleh batu rindu:
“ciumlah bau tuak, sindu
yang menenggelamkan bulan di Cakranegara
dengarlah kokok ayam
jantan,
yang menggiring penangkar kupu-kupu
ke goa-goa di pinggiran kota.
saya ini, seorang urban di kampung halaman……”
kupu-kupu yang
tua Putu Arya Tirtawirya
dalam cerita-cerita
pendeknya yang getir.
kupu-kupu getas yang kehilangan sehektar taman bunga
kupu-kupu garam yang kehilangan bunga padi yang wangi,
kupu-kupu yang tua
itu, kini hinggap di
potret masa lalumu
dalam kamar, tanpa
sungai-sungai api
tanpa
pohon-pohon sungsang
kupu-kupu yang
ditinggalkan malam, kupu-kupu yang ditinggalkan pagi
tapi, Putu Arya
Tirtawirya
terimakasih
telah kau contohkan
bagaimana
menceritakan diri sendiri
Mataram 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar