Karya : Alex R. Nainggolan
karena asmara
segalanya nampak sia
hanya terpukau rupa
wangi tubuh dan birahi menyala
bertahun-tahun ia panggul kutuk itu
tapi tak mau jadi sisipus
meski tubuhnya tak kurus atau kelopak matanya tirus
sebab pertemuan kerap sisakan debar
ketika ia bergetar
pada setiap kesiut warna
"bagaimana aku tahu jika engkau ibuku;
sedangkan berpuluh tahun kita tak bertemu?"
ia mendesau sengau, juga permintaan yang panjang
dari sumbi
sebab nyala birahi, membuatnya berulang ditikam
sepi
"aku sudah jadi lelaki perkasa. kecuplah
segala urat tubuhku
dan aku takjub pada siluet tubuhmu,"
*
saat itu pagi merekah tertinggal basah
pada bibir perempuan
meskipun hujan belum tiba
betapa perempuan itu kembali jadi dara
yang memecah mantra ketika bicara
kelopak bibirnya setengah terbuka
semacam tenung yang mengurung
bagi dada lelaki
sungguh! perempuan itu telah mencatat prasasti
di suatu pagi,
liuk tatapnya seperti panah yang menancap dada
tapi lelaki itu tak juga sakit
bahkan saat panah itu kembali menancap
berulangkali. toh, ia terbiasa menahannya sejak
kecil dan mungil
kini,
ia
yakin bila jodohnya tiba
*
apakah ia lupa menandai dulu;
saat terbungkus di rahim milik siapa?
hanya diingatnya hangat alir darah
desir sayat kesakitan menjerti
dan ia menangis saat bayi
ia mengingat hari kelahiran
dan merasa ada mimpi baru
yang tak pernah ditempuh
bertahun-tahun ia lupa pada ibu
tapi ibu bukan pendendam
tak semacam ibunya kundang
mengutuk jadi batu telanjang
ihwal anak durhaka
menandai bekas rahimnya yang pecah
berapa banyak engkau rendam;
kangen yang merajam pada anak lanang
ketika beratus malam tandang
lenyap di tengah gelap
lenyap ketika mengingat
engkau yang sendirian
setelah kelahiran
kutinggalkan dirimu, sangkuriang
*
di hari-hari yang kelabu
ia masuk keluar hutan
akrab dan bertahan di rindang dahan
tumbuh bersama tanah dan akar
tapi ia telah bermimpi basah
bayangan perempuan
lingga yang basah dan suara penuh desah
ia telah memanggul napas lelaki dewasa
di kepalanya penuh dengan lekuk bidadari
*
ketika ia tiba di sebuah rumah,
cuma ada perempuan itu--
yang beratus hari kemudian memanah dadanya.
dan ia merasa bahagia
ada yang bercambah
menyesaki tubuh
ia yang menyerah
pada harum tubuh
*
mereka bertemu pada tahun yang lembap
tembang asamara itupun bergeriap
dosakah satu kecupan bagimu, ibu?
dan burung-burung menyanyikan balada
hutan bergema penuh dengan desah akar
"semestinya aku tahu tanda itu. bukankah kulit
jangat tubuh
begitu liat dan mengikat. aku ingat, kelahirannya
yang dibisiki misteri.
ah, anak lanagnku; mengapa engkau jatuh cinta
padaku?"
perempuan dengan tubuh wangi itu menyesali yang
terjadi
ia paham, tak mungkin menolak birahi
dari perjaka muda itu
ia senang dengan pertemuan ini
bertahun-tahun kehilangan anak semata wayang
tapi segalanya terlanjur celaka
membuatnya limbung, jatuh di tahun-tahun ia masih
muda
tapi kecantikan tak pernah sirna
seperti cahaya matahari yang abadi
tak bisa ditolak
meskipun malamnya dipenuhi dengan isak
*
"aku ingin sebuah perahu. tapi bukan
nuh."
pagi yang tinggi
lesung yang menyanyi
ia tahu,
lelaki
muda sakti itu bakal marah
dan ia menjadi abu
meskipun mencintainya sepenuh hati
sebagai
anak lelaki semata wayangnya
2010-2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar